Kamis, 15 Januari 2015


Perkembangan Islam di Di Singapura Setelah Kemerdekaan
Oleh: Rahmat Zulyatama

PENDAHULUAN
Salah satu negara yang berada di kawasaan Asia Tenggara adalah Singapura. Kawasan ini merupakan daerah yang sanga strategis dan menarik untuk di bahas karena merupaka negara yang terletak di jalur perdagangan laut (Sea Road) jalur perdagangan yang menghubungkan Barat dengan Timur. Selain itu meski negara ini kecil namun di dalamnya hiduplah masyrakat dengan berbagai etnis, yaitu etnis Cina, Melayu, India, Pakistan dan Arab.
Perkembangan Islam di wilayah Singapura juga menarik untuk dibahas, karena agama Islam yang pada awalnya merupakan agama yang mayoritas namun setelah kemerdekaan menjadi agama yang minoritas. Padahal sebelum kemerdekaan Singapura berperan penting dalam penyebaran Islam di wilayah Nusantara. Namun setelah kemerdekaan 1965, umat islam menjadi minoritas, umat Islam yang sebagian besar dari etnis Melayu menempati posisi kelas dua setelah etnis Cina.[1]
Dalam makalah ini pemakalah khusus akan memebahas bagaimana perkembangan Islam setelah kemerdekaan, mula dari kehidupan beragama, perekonomian hingga keadaan sosial kemasyarakatan umat Islam di Negara Singapura.

PEMBAHASAN
A.    Sekilas Tentang Singapura
Singapura adalah sebuah negara kepulauana yang memiliki 54 pulau terletak di ujung pantai Selatan Semenanjung Melayu. Negara ini berada diantara negara Malaysia dan Indonesia. Jumlah penduduknya adalah 4, 425, 720 jiwa, dengan populasi terbanyak yaitu Cina yakni 77 %, lalu Melayu 14 %, selebihnya yaitu etnis dari India, Pakistan dan Arab.
Singapura memiliki banyak proyek reklamasi tanah dengan tanah diperoleh dari bukit, dasar laut, dan negara tetangga. Hasilnya, daratan Singapura meluas dari 581,5 km2 (224.5 mil²) pada 1960-an menjadi 704 km2 (271.8 mil²) pada tahun 2006, dan akan meluas lagi hingga 100 km2 (38.6 mil²) pada 2030.[2] Dengan demikian wilayah daratan di Singapura dapat di perluas.

Di negara ini pada awalnya merupakan negara yang menjadi tempat penyebaran Islam di wilayah Nusantara. Namun setelah kemerdekan penduduk Islam menjadi minortas, dan terbelakang dalam berbagai bidang. Pada awal kemerdekaan singapura yang memmisahkan diri dari Malaysia merupakan hal buruk yang di rasakan oleh masyarakat Melayu. Walaupun minoritas kelompok Islam tetap dianggap penting bagi pemerintahan. Ini di karenakan untuk menghindari konflik yang terjadi antara etnis. Contohnya kerusuhan yang terjadi antara etnis Melayu dengan etnis Cina pada perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW di Bulan Juli 1965,[3] kejadian ini berawal dari etnis Cina yang menertawakan dan melempar etnsis Melayu yang sedang melakukan long march. Akibatanya terjadilah bentrokan antara kedua etnis tersebut, sebanyak 23 orang dilaporkan tewas dan 454 lainnya terluka.[4]
Berawal dari peristiwa diataslah kalangan minoritas Muslim mulai di dekati oleh pemerintah, salah satunya dengan memberikan kemudahan dalam beragama, sosial, dan ekonomi.

B.     Lembaga dan Organisasi Islam di Singapura
1.      Dalam bidang keagamaan
Berbicara tentang minoritas Muslim di Singapura pasti yang akan di bahas adalah tentang etnis Melayu yang berada di Singapura. Bukan berarti tidak ada etnis lain yang beragama Islam, namun untuk penganut Islam di Singapura tersebut di dominasi oleh etnis Melayu. Untuk penganut agama itu sendiri yaitu dari 15 % sedangkan penganut agama Islam dari keseluruhan penduduk masyrakat melayu sebanyak 13,9 %, 1,1 % berasal dari etnis Pakistan, India, dan Arab.[5]
Walaupun sebelum kemerdekaan telah ada lembaga yang mengurus masalah agama di Singapura, namun masih banyak terkendala. Maka pada tahun 1968 pemerintah Singapura membentuk lembaga Majelis Ugama Islam Singapura (MUIS) yang terbentuk berdasarkan The Adminstrasion of Muslim Law Act (AMLA). MUIS terdiri dari seorang ketua dan 7 anggota. Berdirinya MUIS bertujuan untuk membela dan memperjuangkan hak- hak dan kepentingan muslim dan Melayu di Singapura.
Diantara keberhasilan yang diraih MUIS adalah pada tahun 1968 mengambil alih semua harta waqaf umat Islam yang sebelumnya dikuasai Muslim and Hindu Endowment Board, tahun 1970 mengkoordinir seluruh masjid di Singapura, serta memberikan pada muslim yang tidak mampu juga beasiswa dan dana dakwah, tahun 1975 mengelola perjalan haji, dan pada tahun 1999 telah menucurkan dana untuk 40 lembaga keagamaan di Singapura.[6]
All Malaya Muslim Missionary Society atau yang lebih dikenal dengan sebuatan Jamiyah merupakan organisasi Islam yang bergerak bukan di bawah pemerintahan. Organisasi ini berdiri pada tahun 1932, namun setelah Singapuara merdeka organisasi ini tetap eksis. Walupun pada awalnya lebih banyak bergerak pada bidang jurnalistik. Walau pada masa pemerintahan awal sudah ada menjurus juga kepada pendidikan, namun pada masa kepemimpinan Haji Abu Bakar, beliau memperkenalkan keseimbangan antara pendidikan sekuler dengan keagamaan.
Perkembangan selanjutnya, pada tahun 1975 dibuka pusat konseling gratis pertama di Singapura yang diketuai oleh Yacoob Ibrahim berdasarkan mahkamah Syariah. Adapun yang membuka kegiatan ini adalah Cik Rahman. Adapun pelayanan yang diberikan dengan membagikan makanan gratis kepada orang miskin. Layanan konseling yang secara gratis ditujukan baik untuk umat Muslim maupun non Muslim. Pelayanan tersebut dalam bentuk memberikan nasehat baik itu dalam masalah keluarga, perkawinan, pembagian harta, perkawinan, dan lain-lain
Ditahun 1993 Abu Bakar Maidir mendirikan Darul Ma’wa yang di percaya sebagai penagsuh serta perwat yatim piatu.[7]
2.      Dalam Bidang Politik
Dalam bidang politik Isu terhadap politik tidak begitu di gubris oleh masyarakat Melayu, ini dikarenakan keberdaan mereka yang minoritas dan akan kalah saying dengan etnis yang mayoritas. Walau pun sempat ada dua partai yang berasal dari enis Melayu yaitu: Persatuan Melayu Singapura dan Pertumbuhan Kebangsaan Melayu-Singapura, namun dalam perjalannannya tidak begitu mendapat hati di masyarakat Melayu. Sampai sekarang baru satu orang dari agama Islam yang duduk di parlemen, dari Partai Aksi Rakyat. Salah satu usaha yang sedang berlangsung yang di usahakan oleh partai ini yaitu pencabuatan larangan memakai jilbab bagi perempuan Islam yang berprofesi pada layanan publik.
3.      Dalam bidang Pendidikan
Lembaga yang bergerak dalam bidang ini contohnya adalah MENDAKI (Majelis Pendidikan Anak- Anak Islam). Tujauan utama didirikan MENDAKI adalah melakukan pemabaharuan sistem pendidikan Islam yang memadukan antara pendidikan sain dan Islam. Pada tahun 1982 kementrian pendidikan di Singapura mewajibkan pengajaran agama di sekolah- sekolah pemerintah bagi murid yang beragama Islam.[8]
Secara umum pendidikan formal Islam menjadi menurun, namun perhatian terhadap pendidikan Islam non- formalmengalami peningkatan. Masalah ini diatasi dengan cara para murid tersebut belajar ilmu tentang keIslaman  di mesjid- mesjid atau tempat ibadah.
Upaya pemerintah dan para tokoh muslim ini, akhirnya berdampak positif bagi masyarakat muslim Singapura yang pada awalnya mengalami ketertinggalan. Misalnya pada tahun 1990 masyarakat muslim Singapura sudah banyak yang berpendidikan formal, seperti SD, SMP, SMA bahkan adapula yang bersekolah sampai perguruan tinggi sampai mereka mendapatkan gelar Ph.D.[9]
MUIS juga bergerak dalam bidang pendidikan yaitu dengan adanya enam buah madrash di bawah naungan MUIS dengan sistem kerja yang professional dan modern. Keenam madrasah tersebut yaitu: madrasah Al-Irsyad Al-Islamiah, madrasah Al-Maarif Al-Islamiah, madrasah Alsagoff Al-Islamiah, madrasah Aljunied Al-Islamiah, madrasah Al-Arabiah Al-Islamiah, dan madrasah Wak Tanjong Al-Islamiah.

C.     Kehidupan Sosial Ekonomi
Dibanding dengan Negara-negara minoritas muslim lainnya di kawasan Asia-Tenggara, Singapura merupakan sebuah Negara yang relatif kaya. Hal ini secara teoritis tentunya berdampak pula pada kondisi umat islamnya. Sejarah Melayu Singapura menunjukkan pada awalnya kondisi ekonomi masyarakat Melayu-Muslim sangat berbeda dengan kondisi hari ini. Merekabekerja pada sektor-sektor strategis dan 70% bekerja dikawasan kota, hanya 30% saja yang bekerja di kawasan kampung. Hal ini sebagai bukti bahwa sejak awal orang Melayu-muslim telah menjadi etnis yang memiliki tingkat ekonomi yang memuaskan.[10] Dengan demikian, orang Melayu identik dengan nuansa hidup kota. Ini terjadi pada kisaran tahun 1960- 1970.
Namun seiring perubahan yang terjadi pada bidang pendidikan tahun 1975, juga menberi pengaruh pada bidang perekonomian etnis Melayu. Ditahun 1990an baru mulai menampakan hasilnya yaitu dengan dengan data 1,1% pimpinan perusahaan, 9,7% pegawai kantor, 15,4% tenaga profesional dan teknisi, 14% pelayan toko dan tenaga jasa, 57% pekerja pabrik dan perusahaan, 0,3% pertanian dan perikanan, dan lain- lain 0,3%.[11]

D.    Kehidupan Sosial Budaya
Budaya Islam yang Berkemabangan di Singapuara khususnya Melayu sama dengan budaya yang berkembang daerah Malaysia. Ini dikarenakan bagaimanapun Singapura pada awalnya merupakan bagian dari Malaysia.
Namun sekarang berdasarkan pendapat Betts yang dikutib dari hamlybloger megenai budaya Melayu di Singapura masyarakat mulai tepengaruh oleh budaya asing, budaya melayu itu sendiri mulai terkikis terutama bagi masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan. Namun pada masyarakat yang tinggal di pedesaan masih terkekang dengan budaya Melayu, yang puas terhadap apa yang didapat.

E.     Perkembangan Keagamaan
Singapura yang merupakan negara Sekuler memberikan kebebasan beragama bagi masyarakatnya. Ini terlihat dari adanya lemabaga atau organisasi Islam yang berada di Singapura seperti MUIS, Jamiah, di bidang pendidikan Islam seperti MENDAKI dan lain sebagainya.
Bukti lainnya yaitu dengan dikeluarkanya pengaturan pelaksanaan Hukum Islam (Administration of Muslim Law Act = AMLA). AMLA merupakan pengundangan Hukum Islam. Dengan adanya AMLA memberikan ruang yang fleksibel gagi Dewan Agama Islam, Pengadilan Agama, dan Pencatat Perkawinan dalam menerapkan hukum syari’at.
Untuk masalah peribadatan dari 70 masjid yang ada di Singapura, Cuma satu masjid yang diizinkan untuk mengumandangkan Azan yaitu Masjid Sultan, selebihnya hanya mengunakan pengeras suara yang berada khusus untuk di dalam masjid. Sebagai masjid tertua masjid ini telah berubah bentuknya, yang pada awalnya bangunan masjid dibangun berbentuk masjid tradisional nusantara dengan atap limasan bersusun tiga. Namun di tahun 1920 an di bangun kembali sepeti sekarang.


PENUTUP
Dari pembahasan yang di jelaskan diatas pemakalah dapat menyimpulkan perkembangan Islam di negara Singapura walaupun minoritas tapi mulai berusaha bangkit mengejar ketertinglan dari etnis Cina yang mendimonasi semua bidang. Salah satu bentuk usah umat Islam tersebuat dapat dlihat dari berdirinya lembaga- lembaga yang memiliki begron keIslaman seperti MUIS dibawah pemerinthan dan Jamiah (Non- Pemerintaha). Pemerintahan di Singapura yang bersifat sekuler membuat Islam bisa berkembang meski itu perlahan.



Daftar Kepustakaan
Arifin Mansurnoor, Iik, dkk. 2002. Ensiklopedi Tematis Dunia Islam Asia tenggara Jilid 5. Jakarta: PT Ichtiar Van Hoeven.
Helmiati. 2011. Sejarah Islam Asia Tenggara. Pekan Baru, Riau: Zanafa Publishing dan Nusamedia.
Masjid sultanSatu-satunya Suara Adzan Membahana di Singapura.html (Diunduh pada Minggu, 25 Mei 2014, jam: 10: 10 Wib).
Masjid Sultan Wikipedia ensiklopedia bebas.htm (Diunduh pada Minggu, 25 Mei 2014, jam: 10: 10 Wib).
Pehtem News- Singapura Akan Cabut Aturan Larangan Berjilbab.htm (Diunduh pada Senin, 19 Mei 2014, jam: 22: 19 Wib)
Saifullah. 2010. Sejarah dan Kebudayaan Islam di Asia Tenggar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
singapura/BUDIYEXPERience SEJARAH DAN PERKEMBANGAN ISLAM DISINGAPURA.html (Diunduh pada Senin, 19 Mei 2014, jam: 22: 19 Wib)
singapura/PerkembanganTerakhir Islam.html (Diunduh pada Senin, 19 Mei 2014, jam: 22: 19 Wib)
Singapura Wikipedia.htm. (Diunduh pada Senin, 19 Mei 2014, jam: 22: 19 Wib)
Skripsi Esti Purwanti Ningsih, 2013, Muslim Missionary Society Singapore (Jamiyah): Tinjauan Historis 1965-2013. Padang: Fakultas Adab dan Humaniora IAIN IB.
VIVA. Rusuh di Singapura, Terkait Konflik Etnis (Diunduh pada Senin, 19 Mei 2014, jam: 22: 19 Wib).




[1] Helmiati. 2011. Sejarah Islam Asia Tenggara. Pekan Baru, Riau: Zanafa Publishing dan Nusamedia, h: 194- 195.
[2] Singapura Wikipedia.htm. (Diunduh pada Senin, 19 Mei 2014, jam: 22: 19 Wib)
[3] Iik Arifin Mansurnoor, dkk. 2002. Ensiklopedi Tematis Dunia Islam Asia tenggara Jilid 5. Jakarta: PT Ichtiar Van Hoeven, h: 459.
[4] VIVA. Rusuh di Singapura, Terkait Konflik Etnis (Diunduh pada Senin, 19 Mei 2014, jam: 22: 19 Wib)

[5]  Helmiati, Op.cit, h:193
[6] Saifullah. 2010. Sejarah dan Kebudayaan Islam di Asia Tenggar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, h: 113- 114.
[7] Skripsi Esti Purwanti Ningsih, 2013, Muslim Missionary Society Singapore (Jamiyah): Tinjauan Historis 1965-2013. Padang: Fakultas Adab dan Humaniora IAIN IB, h: 48- 53.

[8] Helmiati, Op.cit, h:211
[9] singapura/PerkembanganTerakhir Islam.html (Diunduh pada Senin, 19 Mei 2014, jam: 22: 19 Wib)

[10] singapura/BUDIYEXPERience SEJARAH DAN PERKEMBANGAN ISLAM DISINGAPURA.html (Diunduh pada Senin, 19 Mei 2014, jam: 22: 19 Wib)
[11] Iik Arifin Mansurnoor, dkk. Op.cit, h:463

Tidak ada komentar:

Posting Komentar