Perkembangan Islam di Di Singapura Setelah Kemerdekaan
Oleh: Rahmat Zulyatama
PENDAHULUAN
Salah satu negara yang berada di kawasaan Asia
Tenggara adalah Singapura. Kawasan ini merupakan daerah yang sanga strategis
dan menarik untuk di bahas karena merupaka negara yang terletak di jalur
perdagangan laut (Sea Road) jalur perdagangan yang menghubungkan Barat
dengan Timur. Selain itu meski negara ini kecil namun di dalamnya hiduplah
masyrakat dengan berbagai etnis, yaitu etnis Cina, Melayu, India, Pakistan dan
Arab.
Perkembangan Islam di wilayah Singapura
juga menarik untuk dibahas, karena agama Islam yang pada awalnya merupakan
agama yang mayoritas namun setelah kemerdekaan menjadi agama yang minoritas.
Padahal sebelum kemerdekaan Singapura berperan penting dalam penyebaran Islam di wilayah Nusantara. Namun setelah
kemerdekaan 1965, umat islam menjadi minoritas, umat Islam yang sebagian besar
dari etnis Melayu menempati posisi kelas dua setelah etnis Cina.[1]
Dalam makalah ini pemakalah
khusus akan memebahas bagaimana perkembangan Islam setelah kemerdekaan, mula
dari kehidupan beragama, perekonomian hingga keadaan sosial kemasyarakatan umat
Islam di Negara Singapura.
PEMBAHASAN
A.
Sekilas Tentang
Singapura
Singapura
adalah sebuah negara kepulauana yang memiliki 54 pulau terletak di ujung pantai
Selatan Semenanjung Melayu. Negara ini berada diantara negara Malaysia dan
Indonesia. Jumlah penduduknya adalah 4, 425, 720 jiwa, dengan populasi
terbanyak yaitu Cina yakni 77 %, lalu Melayu 14 %, selebihnya yaitu etnis dari
India, Pakistan dan Arab.
Singapura
memiliki banyak proyek reklamasi tanah dengan tanah diperoleh dari bukit, dasar
laut, dan negara tetangga. Hasilnya, daratan Singapura meluas dari 581,5 km2
(224.5 mil²) pada 1960-an menjadi 704 km2 (271.8 mil²) pada tahun 2006, dan
akan meluas lagi hingga 100 km2 (38.6 mil²) pada 2030.[2] Dengan
demikian wilayah daratan di Singapura dapat di perluas.
Di
negara ini pada awalnya merupakan negara yang menjadi tempat penyebaran Islam
di wilayah Nusantara. Namun setelah kemerdekan penduduk Islam menjadi minortas,
dan terbelakang dalam berbagai bidang. Pada awal kemerdekaan singapura yang
memmisahkan diri dari Malaysia merupakan hal buruk yang di rasakan oleh
masyarakat Melayu. Walaupun minoritas kelompok Islam tetap dianggap penting
bagi pemerintahan. Ini di karenakan untuk menghindari konflik yang terjadi
antara etnis. Contohnya kerusuhan yang terjadi antara etnis Melayu dengan etnis
Cina pada perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW di Bulan Juli 1965,[3]
kejadian ini berawal dari etnis Cina yang menertawakan dan melempar etnsis
Melayu yang sedang melakukan long march. Akibatanya terjadilah bentrokan antara
kedua etnis tersebut, sebanyak
23 orang dilaporkan tewas dan 454 lainnya terluka.[4]
Berawal
dari peristiwa diataslah kalangan minoritas Muslim mulai di dekati oleh
pemerintah, salah satunya dengan memberikan kemudahan dalam beragama, sosial,
dan ekonomi.
B.
Lembaga dan
Organisasi Islam di Singapura
1. Dalam bidang keagamaan
Berbicara
tentang minoritas Muslim di Singapura pasti yang akan di bahas adalah tentang
etnis Melayu yang berada di Singapura. Bukan berarti tidak ada etnis lain yang
beragama Islam, namun untuk penganut Islam di Singapura tersebut di dominasi
oleh etnis Melayu. Untuk penganut agama itu sendiri yaitu dari 15 % sedangkan
penganut agama Islam dari keseluruhan penduduk masyrakat melayu sebanyak 13,9
%, 1,1 % berasal dari etnis Pakistan, India, dan Arab.[5]
Walaupun
sebelum kemerdekaan telah ada lembaga yang mengurus masalah agama di Singapura,
namun masih banyak terkendala. Maka pada tahun 1968 pemerintah Singapura
membentuk lembaga Majelis Ugama Islam Singapura (MUIS) yang terbentuk
berdasarkan The Adminstrasion of Muslim Law Act (AMLA). MUIS terdiri dari
seorang ketua dan 7 anggota. Berdirinya MUIS bertujuan untuk membela dan
memperjuangkan hak- hak dan kepentingan muslim dan Melayu di Singapura.
Diantara
keberhasilan yang diraih MUIS adalah pada tahun 1968 mengambil alih semua harta
waqaf umat Islam yang sebelumnya dikuasai Muslim and Hindu Endowment Board,
tahun 1970 mengkoordinir seluruh masjid di Singapura, serta memberikan pada
muslim yang tidak mampu juga beasiswa dan dana dakwah, tahun 1975 mengelola
perjalan haji, dan pada tahun 1999 telah menucurkan dana untuk 40 lembaga
keagamaan di Singapura.[6]
All
Malaya Muslim Missionary Society atau yang lebih dikenal dengan sebuatan
Jamiyah merupakan organisasi Islam yang bergerak bukan di bawah pemerintahan.
Organisasi ini berdiri pada tahun 1932, namun setelah Singapuara merdeka
organisasi ini tetap eksis. Walupun pada awalnya lebih banyak bergerak pada bidang
jurnalistik. Walau pada masa pemerintahan awal sudah ada menjurus juga kepada
pendidikan, namun pada masa kepemimpinan Haji Abu Bakar, beliau memperkenalkan
keseimbangan antara pendidikan sekuler dengan keagamaan.
Perkembangan
selanjutnya, pada tahun 1975 dibuka pusat konseling gratis pertama di Singapura
yang diketuai oleh Yacoob Ibrahim berdasarkan mahkamah Syariah. Adapun
yang membuka kegiatan ini
adalah Cik Rahman. Adapun pelayanan yang diberikan dengan membagikan makanan
gratis kepada orang miskin. Layanan konseling yang secara gratis
ditujukan baik untuk umat Muslim maupun non Muslim. Pelayanan
tersebut dalam bentuk memberikan nasehat baik itu dalam masalah keluarga,
perkawinan, pembagian harta, perkawinan, dan lain-lain
Ditahun
1993 Abu Bakar Maidir mendirikan Darul Ma’wa yang di percaya sebagai penagsuh
serta perwat yatim piatu.[7]
2. Dalam Bidang Politik
Dalam
bidang politik Isu terhadap politik tidak begitu di gubris oleh masyarakat
Melayu, ini dikarenakan keberdaan mereka yang minoritas dan akan kalah saying
dengan etnis yang mayoritas. Walau pun sempat ada dua partai yang berasal dari
enis Melayu yaitu: Persatuan Melayu Singapura dan Pertumbuhan Kebangsaan
Melayu-Singapura, namun dalam perjalannannya tidak begitu mendapat hati di
masyarakat Melayu. Sampai sekarang baru satu orang dari agama Islam yang duduk
di parlemen, dari Partai Aksi Rakyat. Salah satu usaha yang sedang berlangsung
yang di usahakan oleh partai ini yaitu pencabuatan larangan memakai jilbab bagi
perempuan Islam yang berprofesi pada layanan publik.
3. Dalam bidang Pendidikan
Lembaga
yang bergerak dalam bidang ini contohnya adalah MENDAKI (Majelis Pendidikan Anak-
Anak Islam). Tujauan utama didirikan MENDAKI adalah melakukan pemabaharuan
sistem pendidikan Islam yang memadukan antara pendidikan sain dan Islam. Pada
tahun 1982 kementrian pendidikan di Singapura mewajibkan pengajaran agama di
sekolah- sekolah pemerintah bagi murid yang beragama Islam.[8]
Secara
umum pendidikan formal Islam menjadi menurun, namun perhatian terhadap
pendidikan Islam non- formalmengalami peningkatan. Masalah ini diatasi dengan
cara para murid tersebut belajar ilmu tentang keIslaman di mesjid- mesjid atau tempat ibadah.
Upaya
pemerintah dan para tokoh muslim ini, akhirnya berdampak positif bagi
masyarakat muslim Singapura yang pada awalnya mengalami ketertinggalan.
Misalnya pada tahun 1990 masyarakat muslim Singapura sudah banyak yang berpendidikan
formal, seperti SD, SMP, SMA bahkan adapula yang bersekolah sampai perguruan
tinggi sampai mereka mendapatkan gelar Ph.D.[9]
MUIS
juga bergerak dalam bidang pendidikan yaitu dengan adanya enam buah madrash di
bawah naungan MUIS dengan sistem kerja yang professional dan modern. Keenam
madrasah tersebut yaitu: madrasah Al-Irsyad Al-Islamiah, madrasah Al-Maarif
Al-Islamiah, madrasah Alsagoff Al-Islamiah, madrasah Aljunied Al-Islamiah,
madrasah Al-Arabiah Al-Islamiah, dan madrasah Wak Tanjong Al-Islamiah.
C.
Kehidupan Sosial
Ekonomi
Dibanding
dengan Negara-negara minoritas muslim lainnya di kawasan Asia-Tenggara,
Singapura merupakan sebuah Negara yang relatif kaya. Hal ini secara teoritis
tentunya berdampak pula pada kondisi umat islamnya. Sejarah Melayu Singapura
menunjukkan pada awalnya kondisi ekonomi masyarakat Melayu-Muslim sangat
berbeda dengan kondisi hari ini. Merekabekerja pada sektor-sektor strategis dan
70% bekerja dikawasan kota, hanya 30% saja yang bekerja di kawasan kampung. Hal
ini sebagai bukti bahwa sejak awal orang Melayu-muslim telah menjadi etnis yang
memiliki tingkat ekonomi yang memuaskan.[10]
Dengan demikian, orang Melayu identik dengan nuansa hidup kota. Ini terjadi
pada kisaran tahun 1960- 1970.
Namun
seiring perubahan yang terjadi pada bidang pendidikan tahun 1975, juga menberi
pengaruh pada bidang perekonomian etnis Melayu. Ditahun 1990an baru mulai
menampakan hasilnya yaitu dengan dengan data 1,1% pimpinan perusahaan, 9,7%
pegawai kantor, 15,4% tenaga profesional dan teknisi, 14% pelayan toko dan tenaga
jasa, 57% pekerja pabrik dan perusahaan, 0,3% pertanian dan perikanan, dan
lain- lain 0,3%.[11]
D.
Kehidupan Sosial
Budaya
Budaya
Islam yang Berkemabangan di Singapuara khususnya Melayu sama dengan budaya yang
berkembang daerah Malaysia. Ini dikarenakan bagaimanapun Singapura pada awalnya
merupakan bagian dari Malaysia.
Namun
sekarang berdasarkan pendapat Betts yang dikutib dari hamlybloger megenai
budaya Melayu di Singapura masyarakat mulai tepengaruh oleh budaya asing,
budaya melayu itu sendiri mulai terkikis terutama bagi masyarakat yang tinggal
di daerah perkotaan. Namun pada masyarakat yang tinggal di pedesaan masih
terkekang dengan budaya Melayu, yang puas terhadap apa yang didapat.
E.
Perkembangan
Keagamaan
Singapura
yang merupakan negara Sekuler memberikan kebebasan beragama bagi masyarakatnya.
Ini terlihat dari adanya lemabaga atau organisasi Islam yang berada di
Singapura seperti MUIS, Jamiah, di bidang pendidikan Islam seperti MENDAKI dan
lain sebagainya.
Bukti
lainnya yaitu dengan dikeluarkanya pengaturan pelaksanaan Hukum Islam
(Administration of Muslim Law Act = AMLA). AMLA merupakan pengundangan Hukum
Islam. Dengan adanya AMLA memberikan ruang yang fleksibel gagi Dewan Agama
Islam, Pengadilan Agama, dan Pencatat Perkawinan dalam menerapkan hukum
syari’at.
Untuk
masalah peribadatan dari 70 masjid yang ada di Singapura, Cuma satu masjid yang
diizinkan untuk mengumandangkan Azan yaitu Masjid Sultan, selebihnya hanya mengunakan
pengeras suara yang berada khusus untuk di dalam masjid. Sebagai masjid tertua
masjid ini telah berubah bentuknya, yang pada awalnya
bangunan masjid dibangun berbentuk masjid tradisional
nusantara dengan atap limasan bersusun tiga. Namun di tahun 1920 an di bangun
kembali sepeti sekarang.
PENUTUP
Dari pembahasan yang di jelaskan diatas pemakalah dapat
menyimpulkan perkembangan Islam di negara Singapura walaupun minoritas tapi
mulai berusaha bangkit mengejar ketertinglan dari etnis Cina yang mendimonasi
semua bidang. Salah satu bentuk usah umat Islam tersebuat dapat dlihat dari
berdirinya lembaga- lembaga yang memiliki begron keIslaman seperti MUIS dibawah
pemerinthan dan Jamiah (Non- Pemerintaha). Pemerintahan di Singapura yang
bersifat sekuler membuat Islam bisa berkembang meski itu perlahan.
Daftar Kepustakaan
Arifin Mansurnoor, Iik, dkk. 2002. Ensiklopedi Tematis
Dunia Islam Asia tenggara Jilid 5. Jakarta: PT Ichtiar Van Hoeven.
Helmiati. 2011. Sejarah Islam Asia Tenggara. Pekan
Baru, Riau: Zanafa Publishing dan Nusamedia.
Masjid sultanSatu-satunya Suara Adzan Membahana di Singapura.html
(Diunduh pada Minggu, 25 Mei 2014, jam: 10: 10 Wib).
Masjid Sultan Wikipedia ensiklopedia bebas.htm (Diunduh
pada Minggu, 25 Mei 2014, jam: 10: 10 Wib).
Pehtem News-
Singapura Akan Cabut Aturan Larangan Berjilbab.htm (Diunduh pada Senin, 19 Mei
2014, jam: 22: 19 Wib)
Saifullah. 2010. Sejarah dan Kebudayaan Islam di Asia
Tenggar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
singapura/BUDIYEXPERience SEJARAH DAN PERKEMBANGAN ISLAM DISINGAPURA.html (Diunduh pada Senin, 19 Mei 2014, jam: 22: 19 Wib)
singapura/PerkembanganTerakhir
Islam.html (Diunduh pada Senin, 19 Mei 2014, jam: 22: 19 Wib)
Singapura
Wikipedia.htm. (Diunduh pada Senin, 19 Mei 2014, jam: 22: 19 Wib)
Skripsi Esti Purwanti Ningsih, 2013, Muslim Missionary Society Singapore
(Jamiyah): Tinjauan Historis
1965-2013. Padang: Fakultas
Adab dan Humaniora IAIN IB.
VIVA. Rusuh di
Singapura, Terkait Konflik Etnis (Diunduh pada Senin, 19 Mei 2014, jam: 22: 19
Wib).
[1] Helmiati. 2011. Sejarah
Islam Asia Tenggara. Pekan Baru, Riau: Zanafa Publishing dan Nusamedia, h:
194- 195.
[3] Iik Arifin Mansurnoor,
dkk. 2002. Ensiklopedi Tematis Dunia Islam Asia tenggara Jilid 5. Jakarta:
PT Ichtiar Van Hoeven, h: 459.
[4] VIVA. Rusuh di Singapura,
Terkait Konflik Etnis (Diunduh pada Senin, 19 Mei 2014, jam: 22: 19 Wib)
[6] Saifullah. 2010. Sejarah
dan Kebudayaan Islam di Asia Tenggar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, h: 113-
114.
[7] Skripsi Esti Purwanti Ningsih, 2013, Muslim Missionary Society Singapore (Jamiyah): Tinjauan Historis 1965-2013. Padang: Fakultas
Adab dan Humaniora IAIN IB, h: 48- 53.
[10] singapura/BUDIYEXPERience SEJARAH DAN PERKEMBANGAN ISLAM DISINGAPURA.html (Diunduh pada Senin, 19 Mei 2014, jam: 22: 19
Wib)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar